Apa yang dikatakan orang lain mungkin benar? Ketika tubuh berpindah melintasi ruang dan waktu itu lah namanya yang di namakan dengan jet lag. Terutama bagi banyak orang yang sering berpergian jarak jauh atau di luar zona waktu. Semisal seperti penerbangan jarak jauh, pasti kebanyak orang akan mengalami kesulitan tidur bahkan kepala berat dan suasana hati dan stabil. Kali ini kita ulas yuk mengatasi jet lag untuk persiapan berpergian.
Jet lag bukan hanya rasa kantuk yang datang dengan sendirinya, namun ada kaitan dengan ritm sirkadian. Kita bedah satu persatu, jam biologis yang mengatur dari pola makan waktu tidur, hormon serta energi dalam tubuh dalam masa waktu 24 jam. Tubuh berpikir bahwa jam masih sama namun kenyataan tidak pada tempat baru ya itu wajar saja.
Bagi sebagian orang, efeknya hanya berlangsung sehari. Tapi bagi yang melakukan tips perjalanan jauh tanpa strategi adaptasi, jet lag bisa mengganggu selama berhari-hari. Bahkan bisa berdampak pada kualitas kerja, suasana hati, hingga daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Mereka yang sering bepergian, seperti pelancong bisnis, digital nomad, atau penjelajah dunia, tahu betul bahwa jet lag bukan masalah remeh. Ia bisa mengacaukan agenda penting, membuat kita tidak maksimal menikmati destinasi, bahkan menyebabkan stres ringan jika tidak disikapi dengan bijak.
Memahami apa itu jet lag dan bagaimana ia bekerja adalah langkah pertama sebelum benar-benar bisa beradaptasi. Karena dalam setiap perjalanan, tubuh kita tidak hanya berpindah tempat—ia juga harus belajar menyelaraskan ulang waktunya sendiri.
Mengatasi Jet Lag Sebelum Terbang Hingga Mendarat

Menghadapi perubahan zona waktu bukan perkara membiasakan diri begitu saja. Butuh strategi menyeluruh, dari sebelum keberangkatan hingga setelah mendarat, agar tubuh tidak terlalu kaget. Banyak pelancong menganggap remeh persiapan, padahal mengatasi jet lag dimulai jauh sebelum pesawat lepas landas.
Sebelum Berangkat
Mulailah menggeser jadwal tidur secara bertahap dua hingga tiga hari sebelum perjalanan. Jika kamu akan bepergian ke arah timur, tidurlah lebih awal. Jika ke barat, tidurlah lebih larut. Langkah kecil ini membantu ritme sirkadian menyesuaikan lebih cepat terhadap zona waktu tujuan.
Perhatikan juga pola makan. Hindari kafein atau alkohol menjelang keberangkatan karena keduanya dapat mengacaukan tidur. Sebaliknya, makan makanan bergizi dan hidrasi yang cukup bisa memperkuat ketahanan tubuh dalam menghadapi perubahan ritme alami.
Selama di Perjalanan
Gunakan waktu di pesawat untuk mulai menyesuaikan diri. Atur jam tangan atau ponsel ke waktu tujuan. Ini membantu otak mulai menerima bahwa kamu sedang memasuki zona waktu baru. Jika tiba di pagi hari, usahakan tidur di pesawat. Jika tiba malam hari, jaga agar tetap terjaga di pesawat.
Lakukan peregangan ringan, jalan kaki di lorong pesawat, dan jangan lupa minum air putih secara berkala. Salah satu tips perjalanan jauh yang sering diabaikan adalah pentingnya menjaga sirkulasi darah tetap lancar selama duduk berjam-jam.
Setelah Tiba
Begitu sampai di tujuan, cobalah menyesuaikan diri dengan ritme lokal secepat mungkin. Jika tiba pagi, hindari tidur meskipun lelah. Sebaliknya, bergeraklah di bawah sinar matahari untuk memberi sinyal pada tubuh bahwa ini saatnya aktif. Cahaya alami adalah alat bantu terbaik untuk menyetel ulang ritme sirkadian secara alami.
Hindari tidur siang terlalu lama di hari pertama karena bisa memperparah gangguan pola tidur. Lebih baik tidur lebih awal dari biasanya di malam hari dan bangun sesuai waktu lokal. Dalam dua hingga tiga hari, tubuh akan mulai beradaptasi penuh.
Bagi siapa pun yang sering bepergian jarak jauh, memahami cara mengatasi jet lag bukan sekadar pengetahuan tambahan. Ini adalah keterampilan perjalanan yang bisa menentukan apakah kamu menikmati perjalanan atau justru melewatinya dalam kabut kelelahan.
Artikel Menarik : Keunikan Lokasi Hutan Kota Srengseng Jakarta
Tubuh dan Waktu di Tengah Perjalanan Modern

Dalam dunia yang bergerak cepat, di mana penerbangan antarbenua bisa ditempuh dalam semalam, tubuh manusia masih memerlukan waktu untuk mengerti. Ia bukan mesin yang bisa disetel ulang hanya dengan ganti jam tangan. Maka dari itu, mengatasi jet lag bukan hanya soal strategi medis, tapi juga bentuk penghormatan terhadap ritme alami tubuh.
Setiap manusia membawa sistem waktu internal yang sudah diwariskan sejak lahir. Ritme sirkadian tidak mengenal paspor atau batas negara. Ia hanya mengenal cahaya, gelap, keheningan, dan rutinitas. Ketika semua itu berubah secara tiba-tiba, tubuh memberi tanda: lewat kelelahan, insomnia, atau suasana hati yang tidak stabil. Sayangnya, tanda-tanda ini sering diabaikan demi mengejar agenda padat dalam tips perjalanan jauh.
Menurut Dr. Steven Lockley, pakar tidur dan profesor neurologi di Harvard Medical School, “Jet lag adalah bentuk desinkronisasi antara jam internal tubuh dan waktu eksternal. Menyelaraskan kembali keduanya adalah kunci untuk memulihkan fungsi tubuh secara menyeluruh.” Ia juga menyarankan ekspos cahaya alami sebagai metode paling efektif untuk membantu tubuh beradaptasi dengan zona waktu baru.
Padahal, tubuh tidak meminta banyak. Ia hanya minta didengarkan. Diminta untuk tidur saat gelap, aktif saat terang, dan diberi ruang bernapas di tengah jadwal yang padat. Saat kita mengizinkan tubuh menyesuaikan diri dengan wajar, perjalanan pun menjadi lebih utuh. Bukan hanya soal tempat yang dituju, tapi bagaimana kita hadir sepenuhnya saat sampai di sana.
Modernitas memang mengaburkan batas ruang dan waktu, tapi tubuh tetap hidup dalam realitas biologisnya sendiri. Dan jika kita ingin menikmati dunia secara utuh, maka menghormati ritme tubuh adalah bagian dari kebijaksanaan bepergian.
Karena sesungguhnya, perjalanan yang baik bukan hanya yang mempercepat jarak—tetapi yang memberi waktu bagi tubuh dan pikiran untuk ikut sampai.
Di followthebaldie.com, kami menulis bukan cuma soal jalan-jalan, tapi tentang bagaimana petualangan alam bisa menyentuh sisi terdalam dari seorang pecinta alam.